Penggemar masturbasi mendapatkan mainan baru berteknologi tinggi. Perusahaan Oculus Rift meluncurkan produk virtual reality (VR) yang membidik mereka yang menginginkan pengalaman VR ketika sedang melakukan masturbasi.
Dikutip dari New York Post pada Selasa (19/2/2016), anak perusahaan Facebook tersebut meluncurkan produk yang dimaksud pada Senin, 28 Maret lalu kepada pemesan yang sebelumnya telah urunan biaya pengembangan produk melalui penggalangan dana di laman Kickstarter.
Sudah banyak pengalaman seru ditawarkan oleh teknologi VR, misalnya lompat dari pesawat terbang atau melakukan adegan berbahaya lainnya. Tapi, kemajuan teknologi kerap diikuti dengan penggunaannya untuk masturbasi.
Pengguna bisa mengalami kenikmatan yang aneh-aneh, bahkan ada sistem tambahan yang rumit memungkinkan peralatan terasa seperti manusia sungguhan untuk pengalaman yang lebih.
Palmer Luckey, sang pendiri Oculus, menekankan adanya “platform terbuka” bagi para pengembang sistem pihak ke-3, termasuk di antaranya adalah kalangan industri pornografi.
Terry Klee, seorang ahli psikoterapi dan spesialis hubungan di bawah Columbia University di New York mengatakan kepada New York Post bahwa babak baru VR ini memberikan penggemar masturbasi suatu pengalaman yang jauh lebih baik.
“Menurut saya, hal ini akan bergantung kepada kadar seksualitas masing-masing orang. Bagi beberapa orang, ini bisa meningkatkannya. Menurut saya, ini semua bergantung kepada kenyamanan seseorang bermasturbasi sejak awalnya.”
Menurut penelitian tahun 2015 yang diterbitkan dalam Archives of Sexual Behavior, generasi milenial cenderung memiliki lebih sedikit pasangan seksual dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Hal itu mungkin disebabkan peningkatan kesadaran akan bahayanya seks tanpa pelindung dan mudahnya keintiman emosi lewat internet dan aplikasi perkencanan.
“Definisi masturbasi adalah membuat nikmat diri sendiri, jadi bisa kaleng, vibrator, atau apapun, yang untuk diri sendiri. Menurut saya ini akan semakin memperkuat, karena kebanyakan masturbasi sangat serupa dengan prinsip kenikmatan dalam kecanduan. Kita terbiasa dengan suatu kadar tertentu dan kita menginginkan sensasi lebih tinggi daripada yang sebelumnya,” kata Klee.
“Alasan kenapa ketagihan tidak terlalu kendara pada pasangan adalah karena emosi ikut terlibat, lalu ada rasa malu dan sungkan, tapi semuanya sirna setelah kita sendiri saja sehingga eksperimennya cenderung meningkat.”
Bukan hanya keamanan fisik, VR porno juga memungkinkan seseorang untuk melakukan eksperimen dengan hal-hal nyeleneh yang terlalu malu untuk mereka lakukan atau bahkan mencoba-coba seks seperti yang dialami gender lainnya. Pria berkhayal jadi wanita, dan sebaliknya.
“Melakukan eksperimen seks secara aman tidak bisa sembarangan, tapi dengan alat ini orang bisa melakukannya. Alat ini juga mengusir rasa malu, karena terbersit rasa malu ketika seseorang melakukan masturbasi.”
Di lain pihak, jika ada yang kecewa karena pasangannya malah bermasturbasi karena hal-hal porno, maka orang itu akan semakin tidak senang dengan kemajuan yang mendekati hal nyata seperti yang ditawarkan oleh Oculus ini.
“Bagi kebanyakan pasangan, alat ini bisa dianggap mengancam karena merombak keseimbangan yang sudah ada,” ujar Klee. Banyak orang merasa tidak nyaman menghadapi perilaku terlalu seksi dan tubuh sempurna yang disuguhi dalam dunia porno. Jadi, petualangan dengan VR akan lebih terasa mengancam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar