Banyak di antara korban diperkosa atau dipaksa melakukan adegan seksual tanpa menggunakan pelindung.
Seorang pengacara korban mengatakan para korban awalnya didekati oleh orang-orang yang berpura-pura sebagai agen dan menawarkan kontrak modeling.
Namun, setelah para gadis lugu ini menandatangani kontrak, baru kemudian mereka menyadari bahwa mereka tidak menandatangani kontrak iklan komersial atau busana modeling tetapi menjadi pemeran film dewasa.
Para korban terpaksa bekerja di bawah ancaman. Jika mereka mencoba untuk meninggalkan pengaturan, mereka diancam akan dilaporkan karena melanggar perjanjian.
Akibatnya, setidaknya satu wanita telah melakukan bunuh diri setelah menjadi korban dari skema tersebut.
Kasus itu dibawa ke pengadilan September lalu, ketika seorang aktris dituntut sebuah perusahaan film pornografi setelah dia bilang dia ingin mengakhiri kontraknya.
Dia mengatakan bahwa dia telah dipaksa untuk melakukan perbuatan cabul karena masih di bawah umur dan dipaksa tampil di film porno setelah ia dewasa.
Begitu dia menolak untuk melanjutkan bekerja di industri, perusahaan kemudian menggugatnya.
"Perempuan-perempuan ini dipaksa tampil di film seksual yang sangat kasar," kata pengacara bernama Yukiko Tsnuoda yang hadir dalam konfrensi minggu ini.
Namun, setelah para gadis lugu ini menandatangani kontrak, baru kemudian mereka menyadari bahwa mereka tidak menandatangani kontrak iklan komersial atau busana modeling tetapi menjadi pemeran film dewasa.
Para korban terpaksa bekerja di bawah ancaman. Jika mereka mencoba untuk meninggalkan pengaturan, mereka diancam akan dilaporkan karena melanggar perjanjian.
Akibatnya, setidaknya satu wanita telah melakukan bunuh diri setelah menjadi korban dari skema tersebut.
Kasus itu dibawa ke pengadilan September lalu, ketika seorang aktris dituntut sebuah perusahaan film pornografi setelah dia bilang dia ingin mengakhiri kontraknya.
Dia mengatakan bahwa dia telah dipaksa untuk melakukan perbuatan cabul karena masih di bawah umur dan dipaksa tampil di film porno setelah ia dewasa.
Begitu dia menolak untuk melanjutkan bekerja di industri, perusahaan kemudian menggugatnya.
"Perempuan-perempuan ini dipaksa tampil di film seksual yang sangat kasar," kata pengacara bernama Yukiko Tsnuoda yang hadir dalam konfrensi minggu ini.
Sementara itu, Profesor hukum di Chiba University, Hiroko Goto mengatakan hal serupa. "Tampaknya sekilas diasumsikan bahwa perempuan ini setuju untuk muncul dalam film porno, tetapi mereka kadang-kadang masih anak-anak dan perempuan muda berusia 20-an yang belum diberdayakan secara sosial. Mereka adalah korban para pemilik kekuasaan dan uang," terangnya.
Secara global, pendapatan dari industri pornografi mencapai $ 97 miliar, dan dari jumlah tersebut $4.4 miliar di antaranya berasal dari industri film di porno Jepang.
1. 6000 talenta baru bermunculan setiap tahun
Sekitar 6000 bintang porno baru selalu bermunculan untuk membuat debut mereka setiap tahunnya.
Atsuhiko Nakamura mewawancarai lebih dari 500 aktris porno dan telah menjadi berita utama di Jepang yang mengungkap sisi gelap dari industri film porno di Negeri Matahari Terbit. Buku fenomenalnya diberi judul Namae no nai Onna-tachi (The Women Nameless).
2. Sampai akhir 90-an, tidak ada yang berminat jadi bintang porno
Atsuhiko Nakamura mewawancarai lebih dari 500 aktris porno dan telah menjadi berita utama di Jepang yang mengungkap sisi gelap dari industri film porno di Negeri Matahari Terbit. Buku fenomenalnya diberi judul Namae no nai Onna-tachi (The Women Nameless).
“Para aktris (porno) datang dan pergi setiap hari dan ada kemungkinan sekitar 6000 wanita terjun ke industri ini setiap saat,” ungkap Atsuhiko dalam sebuah program televisi.
Sampai akhir 90-an, kebanyakan wanita tidak tertarik untuk terjun ke dalam industri film porno, bahkan meski mereka dibayar sepuluh juta yen (sekitar Rp 1 miliar) sekalipun. Namun, pandangan itu telah berubah lebih dari satu dekade yang lalu dan sekarang para gadis justru berebut kesempatan untuk tampil dalam berbagai produksi film seks.
3. Kepuasan seks menjadi tujuan bintang porno Jepang, selain uang
Sampai akhir 90-an, kebanyakan wanita tidak tertarik untuk terjun ke dalam industri film porno, bahkan meski mereka dibayar sepuluh juta yen (sekitar Rp 1 miliar) sekalipun. Namun, pandangan itu telah berubah lebih dari satu dekade yang lalu dan sekarang para gadis justru berebut kesempatan untuk tampil dalam berbagai produksi film seks.
3. Kepuasan seks menjadi tujuan bintang porno Jepang, selain uang
4. Bintang porno Jepang berotak cerdas
Uniknya, banyak orang berpikir bahwa menjadi bintang porno tidak membutuhkan otak yang cerdas atau nilai akademis yang tinggi. Itu salah! Berdasarkan investigasi Atsuhiko, para produser film porno Jepang sangat menghargai calon pelamar yang memiliki pengalaman pekerjaan, latar belakang akademis atau pendidikan yang kuat. Para gadis yang memiliki latar pendidikan yang tidak kuat biasanya jarang terpilih.
5. Kontrak kerja untuk bintang porno amatir
Kontrak kerja untuk para amatir umumnya ditetapkan untuk tiga video, dua video dan satu solo. Pendapatan dari kontrak tersebut berkisar 150.000 (Rp 15,5 juta), 200.000 yen (Rp 20 juta), 250.000 (Rp 25,8 juta) dan 300.000 yen (Rp 31 juta), tergantung pada pengalaman pemohon dan latar belakangnya.
Industri film porno Jepang atau Japan Adult Video (JAV) terancam gulung tikar. Hal ini disebabkan kurangnya bintang porno laki-laki.
Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu aktor pria JAV bernama Shimiken
Tidak ada komentar:
Posting Komentar