Para remaja perempuan itu kerap disebut joshi-kosei osanpo (JK) yang berarti kencan dengan anak SMA.
Wanita tersebut pun mengaku, bila bayarannya tinggi, tak jarang para JK mau berhubungan seks. Dia sendiri telah kehilangan keperawanannya sejak usia 18 tahun."Semuanya terjadi begitu saja, tiba-tiba kami bergairah," katanya.Dia juga bercerita bagaimana pelanggannya tidak menyukai wanita yang berdandan. Sebab banyak pria lebih memilih remaja sekolah yang menggunakan rok pendek khas remaja SMA.Satu lagi, anehnya ada sebuah grup yang begitu populer di Jepang yang beranggotakan anak-anak remaja.
Dalam laporan tahunan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mencatat, ada jaringan yang mengambil keuntungan dari bisnis anak-anak remaja di Jepang. "Ada sekelompok individu yang yang ingin memanfaatkan keuntungan dari gaya hidup remaja masa kini," kata seorang wartawan Amerika, Jake Adelstein.Mirisnya, meski bisnis prostitusi ini dekat dengan kepolisian di Akihabara, para remaja bisa berdiri di tempat terbuka. "Semua orang tahu ini salah, tapi mereka tidak melakukan apa-apa."
Seorang pekerja sosial, Yumeno Nito mengatakan telah membantu 100 anak perempuan yang terjebak dalam kondisi JK. "Banyak anak sekolah yang terlibat dalam pelacuran atau perdagangan manusia. Sayangnya, tidak semua dari mereka yang mendapatkan penghasilan. Sebagian dari mereka bahkan bunuh diri dan lainnya disalahkan karena menjual diri," katanya.
Remaja Jepang di kenal dengan remaja yang memiliki kemampuan lebih di bidang akademis, walaupun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa remaja putri di Jepang terjerumus ke dalam industri seks. Mereka juga merupakan remaja yang masih sangat menginginkan kesenangan lebih. Menurut Takaori (1997) fakta yang tergambar jelas akan industri seks anak muda Jepang adalah pelacuran remaja putri yang dikenal dengan istilah Enjo Kosai. Enjo Kosai yang merebak di kota-kota besar Jepang seperti memberikan tamparan bagi masyarakat Jepang. Enjo Kosai yang belakangan ini sudah beralih dari arti harfiahnya yaitu bergaul dengan mendapat bantuan (keuangan), menjadi suatu fenomena pelacuran yang dilakukan murid-murid SMA. Sebagai imbalan kencan, anak-anak ini menerima uang yang sifatnya sebagai “bantuan” uang saku mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar