Selasa, 14 Juni 2016

INDONESIA LOLOS PIALA DUNIA FIFA TAHUN 1938 DI PRANCIS

\
FIFA WORLD CUP 1938 adalah Piala Dunia FIFA ke-tiga, yang diselenggarkan di Perancis, dari 4 Juni hingga 19 Juni 1938. Italia menjadi juara untuk ke-dua kalinya secara berturut, setelah mengalahkan Hongaria pada pertandingan final dengan skor 4 – 2. Pencetak gol terbanyak adalah pemain Brasil, Leônidas dengan 8 gol.

Tim nasional sepakbola Indonesia memiliki kebanggaan tersendiri, menjadi tim Asia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia FIFA pada tahunn 1938. Saat itu mereka masih membawa nama Hindia Belanda dan kalah 6-0 dari Hungaria yang mana pertandingannya diselenggarakan di Stadion Velodrome Municipale, Reims dengan wasit asal Prancis Roger Conrie, pada tanggal 5 Juni 1938, yang hingga kini menjadi satu-satunya pertandingan bagi tim sepak bola Indonesia di turnamen Piala Dunia.

Berikut daftar pemain Dutch East Indies/Indonesia yang bertanding di Piala Dunia tahun 1938 Prancis.

Pemain Utama

Mo Heng TAN (GK), Achmad NAWIR, Hong Djien TAN, Frans MEENG, Tjaak PATTIWAEL, Hans TAIHUTTU, Suvarte SOEDARMADJI, Anwar SUTAN, Henk SOMMERS, Frans HUKON, Jack SAMUELS
Cadangan

J. HARTING (GK), Mo Heng BING, DORST, TEILHERBER, G. FAULHABER, R. TELWE, See Han TAN, G. VAN DEN BURGH
Pelatih : Johannes VAN MASTENBROEK (NED)

Di kancah Asia Tenggara sekalipun, Indonesia belum pernah berhasil menjadi juara Piala AFF (dulu disebut Piala Tiger). Prestasi tertinggi Indonesia hanyalah tempat kedua di tahun 2000, 2002, dan 2005. Di ajang SEA Games pun Indonesia jarang meraih medali emas, yang terakhir diraih tahun 1991.

Oleh sebab itu Indonesia tercatat oleh FIFA sebagai negara Asia pertama, dan sejauh ini satu-satunya negara Asia Tenggara yang pernah berpartisipasi dalam Piala Dunia.
Keputusan FIFA menyelenggarakan Piala Dunia 1938 di Prancis mendatangkan kemarahan negara-negara Amerika Selatan, karena mereka mengira FIFA akan terus menyelenggarakan Piala Dunia di kedua benua secara bergantian. Keputusan ini berujung pada pengunduran diri Argentina dan Uruguay, diikuti negara-negara lain. Alhasil peserta kualifikasi pun menjadi sedikit, dan bagi beberapa negara ini menjadi sebuah keberuntungan, karena mereka dengan mudah masuk Piala Dunia tanpa melawan siapa pun. Indonesia, dengan nama Nederlands-Indië (Hindia-Belanda) pun mengalami keberuntungan serupa. Mereka yang dijadwalkan bermain melawan Jepang di Grup 12 pun dapat melenggang bebas ke Prancis, karena Jepang mengundurkan diri.

Pengiriman kesebelasan Hindia Belanda bukannya tanpa hambatan. NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie) atau Organisasi Sepakbola Hindia-Belanda di Batavia bersitegang dengan PSSI (Persatuan Sepakraga Seluruh Indonesia) yang telah berdiri 19 April 1930. PSSI yang diketuai Soeratin Sosrosoegondo, insinyur lulusan Jerman yang lama tinggal di Eropa, ingin pemain mereka yang dikirimkan. NIVU dan PSSI kemudian membuat kesepakatan pada 5 Januari 1937, salah satu butirnya yakni dilakukan pertandingan antara tim bentukan NIVU melawan tim bentukan PSSI sebelum diberangkatkan ke Piala Dunia atau semacam seleksi tim. Namun, NIVU melanggar perjanjian dan memberangkatkan tim bentukannya.

Konon, NIVU melakukannya karena tak mau kehilangan muka, karena PSSI masa itu memiliki tim yang kuat, termasuk kipernya yaitu R. Maladi. Hal ini membuat Soeratin sangat marah dan PSSI lantas membatalkan secara sepihak perjanjian dengan NIVU saat Kongres PSSI di Solo pada 1938. Andai saja Tim PSSI yang berangkat, mungkin mereka akan bertanding mewakili Indonesia, dan bukan Hindia-Belanda. Namun apa boleh buat, kesebelasan dikirimkan tanpa mengikutsertakan pemain PSSI dan menggunakan bendera NIVU yang diakui FIFA.

Ditangani pelatih Johannes van Mastenbroek, pemain kesebelasan Hindia-Belanda adalah mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda. Sulit untuk mengetahui secara pasti daftar susunan pemain Hindia-Belanda yang ikut bertanding, mengingat ketika itu Tim Hindia-Belanda hanya melakukan satu kali pertandingan dan juga minimnya pencatatan informasi pada masa itu, namun yang resmi tercatat oleh FIFA adalah sebagai berikut: Mo Heng Tan (penjaga gawang), Achmad Nawir (kapten), Hong Djien Tan, Frans Meeng, Tjaak Pattiwael, Hans Taihuttu, Suvarte Soedarmadji, Anwar Sutan, Henk Sommers, Frans Hukon, dan Jack Samuels, sedangkan di bangku cadangan adalah: J. Harting (penjaga gawang), Mo Heng Bing, Dorst, Teilherber, G. Faulhaber, R. Telwe, See Han Tan, dan G. Van den Burgh. Melihat dari nama-namanya, tentu kita patut berbangga, karena selain orang-orang Belanda, orang Jawa, Ambon, Tionghoa dan pribumi lainnya pun diikutserakan dalam skuad.

Mereka berangkat pada tanggal 18 Maret 1938 menggunakan Kapal MS Johan van Oldenbarnevelt dari Tandjong Priok, Batavia menuju Belanda. Tim Hindia-Belanda pun akhirnya tiba di Pelabuhan Rotterdam setelah terombang-ambing oleh badai petir selama 3 bulan. Untuk memulihkan kondisi fisik dan mental, mereka melakukan beberapa pertandingan ujicoba. Surat kabar Sin Po – yang uniknya selalu menyebut Tim NIVU dengan sebutan “Team Indonesia” – secara kontinyu melaporkan perjalanan NIVU ke Eropa. Sin Po edisi 26 Mei 1938 memberitakan van Bommel dari NIVU telah menghadap Menteri Urusan Tanah Jajahan yang akan menerima Tim Indonesia pada 31 Mei. Sin Po 27 Mei 1938 memberitakan hasil pertandingan Indonesia melawan HBS, skor 2-2. Edisi 28 Mei 1938, dilaporkan bahwa Mo Heng (kiper) cedera sehingga diragukan bisa tampil di Prancis, juga bahwa Tim Indonesia menyaksikan pertandingan Liga Belanda antara Heracles melawan Feyenoord. Sin Po 2 Juni 1938 mewartakan, Indonesia menang atas klub Haarlem dengan skor 5-3. Mereka bermain dengan formasi 2-2-6, sebuah strategi yang berorientasi menyerang. Strategi inilah yang telah mereka siapkan untuk melawan Hongaria, lawan pertama mereka, yang begitu dijagokan di Piala Dunia ini. Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka menuju Paris dengan kereta api diiringi oleh yel-yel dari sekelompok suporter, antara lain nyanyian “Kora kora, nee” yang mirip dengan nyanyian “Olé, olé, olé” yang populer sekarang ini.

5 Juni 1938, pukul 17.00 waktu setempat, tibalah saatnya pertandingan antara Hongaria dan Hindia-Belanda. Pertandingan berlangsung di Vélodrome Municipal di kota Reims, 129 km dari Paris, dihadiri oleh sekitar 9000 penonton dan wartawan dari 27 negara berbeda. Konon, sebelum kickoff, para pemain Hindia-Belanda lupa melakukan kegiatan ritual mereka, seperti Mo sang kiper yang lupa menepuk-nepuk kedua tiang gawang, dan si midfielder kidal “Boedie,” yang melupakan kebiasaannya membulat-bulatkan rumput lapangan dengan jarinya terus menerus sampai berair, dan menghirupnya.

Mereka pun bermain dengan formasi menyerang 2-2-6, namun tak bisa berbuat banyak. Baru 13 menit permainan berjalan, gawang Mo Heng sudah berhasil dibobol penyerang Hongaria Vilmos Kohut. Disusul gol-gol lainnya di menit 15, 28, dan 35. Babak pertama berakhir 4-0, namun dua gol lagi berhasil disarangkan pemain Hongaria ke gawang Hindia-Belanda yang menjadikan skor akhir 6-0. Sayangnya, ketika itu Piala Dunia menggunakan format knockout, dimana tim yang kalah otomatis tersingkir. Piala Dunia tahun 1938 merupakan Piala Dunia terakhir menggunakan format ini. Andaikan saja menggunakan format grup, pastinya lebih banyak pertandingan yang dimainkan oleh Tim Hindia-Belanda, dan lebih besar kemungkinan menjadi juara grup, atau setidaknya memenangkan satu match saja. Alhasil, perjuangan Tim Hindia-Belanda berakhir begitu saja setelah digilas 6-0 oleh Hongaria, tim tangguh yang akhirnya menjadi Juara 2 setelah kalah 4-2 oleh Italia. Meskipun demikian, surat kabar Prancis Le Figaro memuji semangat juang kesebelasan Hindia-Belanda, The Sunday Times memuji fairplay mereka, dan pada edisi 7 Juni 1938, Sin Po menampilkan headline nan heroik: “Indonesia-Hongarije 0-6, Kalah Sasoedahnja Kasi Perlawanan Gagah.

Foto di atas diabadikan saat kedua tim, Hongaria dan Hindia-Belanda mendengarkan lagu kebangsaan mereka masing-masing. Tentunya saat itu bukan Indonesia Raya yang diperdengarkan, melainkan lagu kebangsaan Belanda yaitu “Het Wilhelmus.” Jika Anda perhatikan Mo Heng sang penjaga gawang, ia sedang menggendong sebuah boneka. Saya pertama kali mengira boneka itu nantinya diberikan kepada Tim Hongaria sebagai tukar-menukar suvenir, seperti pada pertandingan-pertandingan sepakbola yang kita saksikan di televisi selama ini, tetapi ternyata tidak. Di dalam buku “La grande histoire de la coupe du monde” dijelaskan bahwa boneka India yang digendong oleh Mo Heng nantinya akan digantung di jala gawang sebagai jimat. Namun apa daya, boneka itu digetarkan enam kali sepanjang pertandingan dan menjadikannya rekor satu-satunya keikutsertaan Indonesia di Piala Dunia.

Sepuluh Fakta Piala Dunia 1938 :
  1. Tahun 1938 merupakan pertama kalinya Indonesia mengikuti Piala Dunia. Keikutsertaan itu menjadi yang pertama dan terakhir bagi Indonesia hingga sekarang. Saat itu Indonesia masih menggunakan nama Hindia Belanda, dan hanya sekali bertanding setelah dikalahkan Hungaria 6-0 di babak penyisihan.
  2. Piala Dunia 1938 menjadi yang terakhir diselenggarakan empat tahun berturut-turut seperti dua Piala Dunia sebelumnya. Perang Dunia II menyebabkan Piala Dunia harus absen selama 12 tahun.
  3. Untuk pertama kalinya Piala Dunia menerapkan sistem tuan rumah dan juara sebelumnya berhak lolos secara otomatis. Sistem ini tetap dipertahankan hingga penyelenggaraan Piala Dunia sekarang. Prancis bertindak sebagai tuan rumah, dan Italia sebagai juara bertahan.
  4. Brasil menjadi satu-satunya negara Amerika Latin yang mengikuti Piala Dunia 1938. Dua negara lainnya, Uruguay dan Argentina memilih memboikot turnamen ini, sebagai protes tidak dipilihnya Amerika Latin sebagai tuan rumah. Berdasarkan kesepakatan sebelumnya, penyelenggaraan Piala Dunia dilakukan secara bergantian. Namun FIFA mempertimbangkan alasan geografis, dan jarak waktu tempuh yang terlalu lama mengingat saat itu banyak negara Eropa yang menjadi anggota mereka.
  5. Dua negara mengundurkan diri dari Piala Dunia 1938 dengan alasan perang dan politik. Spanyol mundur akibat adanya perang saudara di negara mereka, sedangkan Austria terkait situasi politik Anschluss terkait invasi Jerman. FIFA tidak memberikan jatah kepada Latvia untuk menggantikan Austria, sehingga peserta hanya berjumlah 15 tim.
  6. Demi mewujudkan ambisi menjadi tuan rumah, Jerman menggunakan sebagian besar pemain Austria yang mundur dari Piala Dunia 1938. Saat itu Austria dikenal memiliki materi pemain bagus, dan pantas menjadi unggulan. Kendati demikian, Jerman gagal lolos dari babak penyisihan.
  7. Politik sangat mempengaruhi penyelenggaraan Piala Dunia, sehingga terjadi beberapa skandal. Italia menyingkirkan Prancis di perempat-final setelah melancarkan isu perbedaan ras. Begitu juga ketika Italia mengalahkan Hongaria di final. Pemain Hongaria mengutamakan belas kasihan kepada Italia, yang merasa tertekan atas ancaman Benito Mussolini. Pemain Italia diancam hukuman mati bila gagal menjadi juara. Kiper HongariaAntal Szabó mengatakan, "Tidak apa-apa gawang saya kebobolan empat gol, tapi setidaknya saya menyelamatkan nyawa mereka [pemain Italia]".
  8. Striker Polandia Ernst Willimowski menjadi pemain pertama yang mampu mencetak empat gol dalam satu pertandingan. Keempat gol itu dilesakkan ketika dikalahkan Brasil 6-5 melalui perpanjangan waktu. Selain sebagai pesepakbola, Willimowski juga seorang atlet hoki es di negaranya.
  9. Striker Brasil Leonidas merupakan pemain paling menonjol di Piala Dunia ini. Denganskill yang mumpuni, ia menjadi pemain pertama yang memperkenalkan tendangan salto saat mencetak gol ke gawang lawan. Gaya bermain Leonidas sampai sekarang masih menjadi contoh bagi pesepakbola Brasil. Leonidas juga yang memperkenalkan gaya samba dalam permainan sepakbola Brasil. Leonidas dipercaya bisa mencetak lebih dari delapan gol di Piala Dunia ini, bila saja pelatih Brasil tidak mengambil keputusan kontroversial mengistirahatkannya saat melawan Italia di semi-final.
  10. Italia merupakan pemegang trophy Piala Dunia terlama. Setelah menjuarainya tahun 1934 dan 1938, total Italia menguasai trophy Piala Dunia selama 16 tahun. Ini disebabkan Piala Dunia absen selama 12 tahun akibat Perang Dunia II. Demi mengamankan trophy Piala Dunia itu, wakil presiden FIFA yang berasal dari Italia Ottorino Barassi terpaksa harus menyembunyikan trophy di dalam sepatu agar tidak ikut dijarah pasukan.
 
 Juara :Italia 
 Runner-Up :Hongaria
 
 Skor Tertinggi :Brasil vs. Polandia 6 - 5 (16 Besar)
 Total Gol :84
 Rata-Rata Gol :4.67
 
 Topskor :8 Gol:
Leonidas, Brasil
 Pencetak Gol Terbanyak Satu Pertandingan :Ernest Wilimowski, Polandia - 4 Gol
 
 Penonton Terbanyak :
59.000 (Italia - Prancis, Perempat-Final)
 Total Penonton :376.000
 Rata-Rata Penonton :20.888
 
 Penampilan Perdana :Norwegia, Polandia, Kuba, Hindia Belanda / Indonesia
 
 Nama-Nama Stadion :Parc Des PrincesStade de la Meinau
  Stade Olympique de ColombesStade de la Cavee Verte
  Stade ChapouStade Velodrome Municipal
  VelodromeStade Victor Boucquey
  Stade du Fort CarreParc Lescure
 

16 Besar
  
 
Swiss - Jerman 1-1 A.E.T   (Jun 04, Parc Des Princes)
Brasil - Polandia 6-5 A.E.T   (Jun 05, Stade de la Meinau)
Prancis - Belgia 3-1   (Jun 05, Stade Olympique de Colombes)
Republik Ceko - Belanda 3-0 A.E.T   (Jun 05, Stade de la Cavee Verte)
Kuba - Rumania 3-3 A.E.T   (Jun 05, Stade Chapou)
Hongaria - Hindia Belanda / Indonesia 6-0   (Jun 05, Stade Velodrome Municipal)
Austria - Swedia * w/o   (Jun 05, Stade Gerland)
Italia - Norwegia 2-1 A.E.T   (Jun 05, Velodrome)
Kuba - Rumania 2-1   (Jun 09, Stade Chapou)
Swiss - Jerman 4-2   (Jun 09, Parc Des Princes)
  
 

Perempat-Final
  
 
Hongaria - Swiss 2-0   (Jun 12, Stade Victor Boucquey)
Brasil - Republik Ceko 1-1 A.E.T   (Jun 12, Stade Chapou)
Italia - Prancis 3-1   (Jun 12, Stade Olympique de Colombes)
Swedia - Kuba 8-0   (Jun 12, Stade du Fort Carre)
Brasil - Republik Ceko 2-1   (Jun 14, Stade Chapou)
  
 

Semi-Final
  
 
Hongaria - Swedia 5-1   (Jun 16, Parc Des Princes)
Italia - Brasil 2-1   (Jun 16, Velodrome)
  
 

Peringkat Ketiga
  
 
Brasil - Swedia 4-2   (Jun 19, Parc Lescure)
  
 

Final
  


Italia - Hongaria 4-2   (Jun 19, Stade Olympique de Colombes)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar